The Good Dinosaur (2015) | Review Film


Title: The Good Dinosaur
Tahun rilis: 2015
Director: Peter Sohn
Genre: Drama, Adventure, Golden Fleece, Buddy Love

Review Film
oleh Andika Hilman
(SPOILER ALERT)

Sinopsis:
Bagaimana jadinya jika meteor yang memusnahkan dinosaurus berjuta-juta tahun yang lalu lewat dan tidak menghantam bumi? Film 'The Good Dinosaur' (2015) bercerita tentang Arlo (Raymond Ochoa/Jack Mcgraw) adalah dinosaurus hijau yang penakut yang selalu kalah dari kedua kakaknya dalam bertani dan mengurus ladang jagung mereka. Pada suatu hari ada anak manusia laki-laki atau Spot (Jack Bright), yang menjadi hama bagi lumbung jagung tersebut. Gagalnya Arlo dalam membunuh anak tersebut membuat ayahnya, Henry (Jeffrey Wright), meninggal. Arlo yang memutuskan untuk menangkap anak cowok tersebut justru tersesat di alam liar. Anak cowok tersebut justru melindungi Arlo dan memberinya makan seperti layaknya seekor anjing peliharaan. Arlo pun memberinya nama panggilan. Bisakah keduanya bertahan hidup di alam liar dan akhirnya menemukan jalan pulang ke rumah? Bisakah Arlo mengatasi sifat penakutnya?


Review:
Film 'The Good Dinosaur' (TGD) mempunyai visual yang sangat bagus. Sepanjang film ada banyak pemandangan alam yang terlihat sangat nyata. Suguhan yang cocok dengan premis utamanya, yaitu bagaimana jika dinosaurus tidak punah karena tidak pernah terjadi hujan meteor. Premis yang menarik karena memang pada jamannya Pixar senang dengan realita alternatif yang penuh andai-andai, seperti bagaimana jika mainan hidup ketika tidak ada yang melihat pada 'Toy's Story'. Filmnya sendiri dibuka dengan siluet dinosaurus yang melihat meteor lewat melewati bumi dengan gaya yang cukup komedik, mengindikasikan bahwa film ini tidak akan terlalu 'berat' untuk ditonton.

Jika dilihat dari desain karakternya, film ini memang ditujukan untuk anak-anak. Matanya bulat besar dengan mulut yang besar pula. Peran protagonis utama dalam film ini adalah Arlo, seekor dinosaurus hijau yang juga merupakan anak bungsu di keluarganya. Beberapa menit awal film ini fokus memperkenalkan sifat utama Arlo, yaitu penakut. Konflik utama yang dia hadapi adalah kakak-kakaknya yang lebih baik darinya dari segi mengerjakan tugas dari orang tuanya. Mereka pun bisa menempelkan tanda kaki mereka di sebuah dinding penghargaan sebagai tanda, sesuatu yang hanya bisa mereka lakukan jika mereka dianggap pantas. Arlo dianggap belum cukup pantas untuk membuat tanda kaki tersebut.

Pada suatu saat di tengah film, terdapat momen bonding antara Henry/Ayah Arlo dan Arlo yang sama persis dengan scene di film 'The Lion King'. Scene di mana Mufasa mengatakan bahwa ketika dia mati nanti dia akan bergabung bersama para leluhurnya bersama bintang-bintang. Peter Sohn tampaknya sangat terinspirasi, tidak cuma dengan efektivitas scene tersebut, tetapi juga indahnya momen tersebut yang mungkin dapat menarik perhatian penonton.

Setelah perkenalan Arlo dan sifatnya sebagai karakter utama selesai, film TGD memperkenalkan protagonis utama kedua mereka, yaitu seorang anak manusia. Hal ini cukup unik karena di TGD, anak cowok tersebut diperlakukan seperti hama, dan bahkan nanti, seperti seekor anjing peliharaan bagi para dinosaurus. Peran yang tertukar antara hewan dan manusia. Ide yang menarik dan fresh inilah yang pastinya membuat TGD akhirnya diwujudkan oleh Pixar.

Singkat cerita, Henry yang memaksakan diri mengejar anak cowok tersebut di tengah bada akhirnya mati tersapu terjangan sungai yang deras. Adegan kematian ini juga sangat sangat mirip dengan adegan ketika Mufasa meninggal di depan Simba, lengkap dengan Henry berusaha memanjat tebing lalu jatuh dan meninggal terbawa 'arus'. Kemiripan yang disengaja ini akan muncul lagi nanti menjelang akhir film.

First act yang berisi pengenalan karakter Arlo tersebut agak kepanjangan. Namun akhirnya, second act dimulai ketika Arlo memutuskan untuk membunuh anak laki-laki tersebut. Arlo terbawa arus sungai, lalu kemudian tersesat dan harus mencari jalan pulang. 

Transisi cerita tersebut yang cukup sederhana dan jelas, sama seperti seluruh plot pada film ini. Cerita yang mudah ditebak dan sesuai dengan formula memang punya kelebihan karena formula tersebut sudah terbukti berkali-kali menghasilkan cerita yang bagus. Namun mungkin bagi banyak penonton dewasa, hal ini cukup monoton dan tidak memberikan kejutan baru. 

Namun bisa dibilang penceritaan pada film ini cukup bagus. Di awal second act, karakter Arlo dipaksa oleh plotnya untuk bekerja sama dengan si anak laki-laki yang awalnya ia ingin bunuh. Anak tersebut memberi makananan untuk Arlo, melindungi Arlo dari ular, dan ada sosok Triceratops (Peter Sohn) yang ingin mengambil anak cowok tersebut untuk melindunginya. Arlo pun akhirnya memberikan anak tersebut nama panggilan, yaitu 'Spot'.

Setelah itu, sepanjang film adalah momen bonding antara Arlo dan "anjing peliharaan barunya", Spot. Arlo belajar bahwa dia membutuhkan Spot untuk bertahan diri di alam liar. Pada suatu saat, Arlo juga belajar bahwa ternyata kedua orang tua Spot telah meninggal sehingga ia kini hidup sendirian. Arlo yang baru kehilangan ayahnya pun jadi lebih empati kepada Spot. 

Sepanjang perjalanan Arlo terus terpapar oleh banyak hal di alam liar yang membuatnya takut. Namun dia berhasil menghadapi ketakutan tersebut satu per satu. Salah satu momen yang membuat Arlo semakin percaya diri adalah ketika dia seekor T-Rex yang gagah berani bilang bahwa Arlo adalah sosok yang tangguh dan pemberani. Pada momen itu juga ada kutipan yang merupakan pesan moral utama yang ingin disampaikan oleh film ini, yaitu bagaimana cara mengelola rasa takut kita, bukan menghilangkannya. Bahkan pesan moral tersebut disampaikan sangat gamblang oleh film ini melalui dialognya. 

Momen klimaks film ini pun cukup sederhana dan formulaik. Tiba-tiba Spot diculik oleh segerombolan Pterodactyl yang sebelumnya sudah mereka temui dan Arlo jatuh ke jurang dan berada dalam posisi terendahnya. Pada momen tersebut, dia sudah dekat dengan rumahnya dan dia bisa saja meninggalkan Spot, apalagi akan sulit baginya untuk mengalahkan Pterodactyl yang ganas. Di sini sekali lagi Peter Sohn mengambil momen dari Lion King, yaitu ketika bayangan armahum ayahnya kembali untuk meyakinkannya untuk melakukan hal yang benar.


Klimaks diceritakan secara epik dengan Arlo mengalahkan dua hal yang sebelumnya  sangat menakutkan bagi Arlo, yaitu dinosaurus yang ganas dan air terjun yang sangat curam. Evolusi karakter Arlo pun telah selesai, kini kita tinggal menunggu dia sampai kembali ke rumahnya. Namun ada hal yang menarik sebelum filmnya selesai. Sang sutradara tidak lupa memberikan akhir yang bahagia untuk Spot. 

Di sepanjang film, ada sosok manusia dewasa misterius yang mengikuti Arlo dan Spot. Akhirnya mereka bertemu dengan manusia tersebut. Keluarga manusia dengan ras yang berbeda dengan Spot, yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak, ingin mengadopsi Spot sebagai anak ketiga mereka (persis seperti formasi keluarga Arlo). Arlo sadar bahwa Spot berhak mendapatkan kebahagiaan tersebut, tetapi dengan syarat bahwa dia harus melepaskan Spot.

Adegan ini ditunjukkan dengan tempo yang tidak terburu-buru. Tidak banyak dialog pula yang terjadi karena karakter manusia di sepanjang film ini memang tidak bisa bicara. Namun di scene ini pula kita melihat Arlo berkomunikasi dengan mereka tanpa dialog, seolah-olah dialah yang seekor binatang. Detail yang menarik dari sang sutradara.

Bahkan setelah adegan ini, dialog Arlo dan dinosaurus lainnya (keluarganya) sangat sangat berkurang. Hal ini mengindikasikan bahwa peran manusia dan dinosaurus pada dunia tersebut mulai tertukar. Ketika Arlo sampai di rumah, Ibu Arlo yang terbaring lemah di sawah mengucapkan nama suaminya, sebelum akhirnya sadar bahwa yang pulang adalah Arlo.

Di akhir cerita, akhirnya Arlo membuat tanda kaki. Bukan saja karena dia telah berhasil mengalahkan rasa takutnya, tetapi karena akhirnya dia akhirnya menemukan "rumah" dan jati dirinya. Tanda kaki ini tentunya merupakan simbolisme kita telah memberikan dampak di dunia ini atau kepada orang-orang di sekeliling kita. Semua adegan tersebut ditunjukkan dengan sederhana, tanpa dialog, serta dengan pemandangan senja yang indah. 

Film 'The Good Dinosaur' sangat cocok untuk ditonton anak Anda. Filmnya tidak cukup rumit untuk dijelaskan, mempunyai pesan moral yang bagus, dan karakter-karakternya tampak menyenangkan. TGD juga bagus jika Anda berhasil menemukan detail-detail yang ditaruh sutradara supaya film ini tidak hanya menjadi sebuah hiburan, tetapi juga ada usaha untuk membuat TGD menjadi film yang berkualitas.

Comments