Mengapa ada film jelek?
Bagus memang relatif, tetapi ada alasan lebih di balik itu. Adanya film jelek adalah karena film tersebut 'sengaja' tidak dibikin bagus. Begini penjelasannya:
Sebelum syuting dimulai ataupun sebelum ceritanya ditulis, kualitas sebuah film bisa diatur oleh rumah produksi film (di Hollywood sering disebut sebagai 'film studio'). Contoh rumah produksi besar di Indonesia adalah Soraya Intercine, MNC Pictures, atau MD Pictures. Hollywood juga punya nama-nama besar seperti Warner Bros, Sony, Universal Pictures, dan lain sebagainya. Rumah produksi inilah yang bisa menjamin kualitas film yang akan kita tonton.
Namun bagaimana caranya?
1. Resources
Masih ingat 'Doctor Strange: Multiverse of Madness'? Cara Marvel Studio untuk menjamin bahwa film tersebut akan bagus adalah dengan memilih sutradara film Spiderman 2, yaitu Sam Raimi. Jika sutradara tersebut dibebaskan untuk berkarya tanpa tuntutan yang terlalu banyak, kualitas film tersebut pun akan semakin bagus.
Namun hal tersebut tidak cukup. Mereka harus memilih orang-orang terbaik di setiap aspek film ini, seperti penulis naskah, pemain, departemen kamera, departemen art dan properti, makeup, kostum, dan lain sebagainya. Bahkan film yang bagus tidak terlepas dengan bagusnya kualitas manajemen jadwal, kru, akomodasi, pemilihan lokasi, casting, sampai manajemen finansialnya.
Film yang bagus pun biasanya pun butuh waktu pengerjaan yang lama. Walaupun semakin lama proyek tersebut maka semakin banyak uang yang harus dikeluarkan untuk biaya kru per harinya. Film yang diburui-burui seringkali membuat kualitas akhir film tersebut menurun.
Ada banyak sekali aspek yang dapat mempengaruhi kualitas sebuah film. Semakin banyak orang-orang terbaik yang direkrut untuk mengisi posisi-posisi tersebut, maka semakin terjamin juga kualitas film tersebut.
Sebuah film romantis mungkin lebih butuh penulis naskah yang bagus dibandingkan dengan kualitas kamera dan CGI yang bagus. Namun di satu sisi, mereka harus mengorbankan kualitas gambar mereka.
Walaupun pada kenyataanya, justru mereka lebih butuh tim marketing yang bagus dan pemilihan aktor-aktor terkenal dibandingkan dengan penulis naskah ataupun sutradara yang bagus. Mereka tahu bahwa selama ini kualitas naskah dan sutradara tidak terlalu mempengaruhi banyaknya penonton yang akan datang untuk menonton film tersebut.
Jika nama-nama baru ini berkembang, maka mereka bisa menggantikan nama-nama besar setelah mereka berhenti. Semakin banyak nama-nama bagus yang mereka punya, maka semakin banyak pula film yang bisa mereka bikin. Industri film pun bisa tetap berjalan baik. Namun resikonya, rumah produksi ini harus siap bahwa film-film yang dipercayakan oleh nama baru tersebut punya kemungkinan yang lebih besar untuk gagal.
Sama seperti perbedaan 'Avengers: Infinity War' (IW) dan 'Avengers: Endgame'. Marvel Studio mendesain IW sebagai film Avengers yang dramatis dan sinematik. Film tersebut fokus di aspek 'seni' dan nuansa yang lebih serius dan 'epic', baik dari segi penulisan maupun palet warna yang digunakan.
Sedangkan Endgame didesain 100% untuk fans yang telah mengikuti kisah Avengers selama 10 tahun. Proyek terakhir tersebut didesain sebagai 'roller-coaster emotion' yang membawa perasaan kita naik turun. Filmnya memiliki durasi yang sangat lama karena mereka mau memasukkan segala hal yang fansnya inginkan. Jika IW didesain sebaga film Avengers terakhir yang terbaik secara sinematik, Endgame didesain sebagai hadiah untuk para fans.
Saat ini, film superhero adalah genre yang paling laku dan bisa menjangkau berbagai kalangan, maka dari itu tidak heran jika mereka fokus pada hal tersebut. Genre horor, action, komedi, dan romantis pun tidak pernah mati, sehingga menguntungkan bagi rumah produksi untuk tetap memproduksi film-film bergenre tersebut. Di satu sisi, mereka juga harus mencoba genre-genre baru dan berharap genre tersebut bisa menjadi favorit baru penonton mereka, sehingga kemudian bisa diproduksi dalam jumlah besar.
Film bagus memang subyektif dan 'tampaknya' tidak bisa diprediksi sampai filmnya benar-benar jadi. Namun film bagus, ataupun film jelek, bisa direncanakan. Jadi jangan heran jika film yang kamu tonton jelek, bisa jadi karena memang banyak orang yang membeli tiket untuk film-film jelek tersebut.
Film jelek akan terus dibuat selama ada yang menonton.
Comments
Post a Comment