Diary of A Wimpy Kid: Rodrick Rules | Review Film


Judul: Diary of A Wimpy Kid: Rodrick Rules
Jadwal Rilis: 2022 di Disney+
Sutradara: Luke Cormican
Genre: Drama, Anak-Anak

Review Film
oleh Andika Hilman

Sinopsis:
Greg Heffley (Brady Noon) merasa tidak terlalu diperhatikan oleh kakaknya yang nakal, Rodrick Heffley (Hunter Dillon), sampai suatu ketika Rodrick berhutang budi kepadanya supaya tidak melaporkan perbuatannya kepada Mom/Susan Heffley (Erica Cerra) dan Dad/Frank Heffley (Chris Diamantopoulos), yaitu diam-diam mengadakan pesta di rumah mereka. Karena hutangnya, Rodrick pun mengajarkan Greg beberapa trik untuk menjadi nakal. Hubungan kakak-adik mereka pun perlahan terjalin di balik usaha mereka untuk saling mengancam dan membalas dendam.

Review:
Pertanyaan yang mungkin membuat orang paling penasaran adalah apakah 'Diary of A Wimpy Kid: Rodrick Rules' versi animasi ini lebih baik daripada film live-action-nya yang dirilis 12 tahun yang lalu? Jawabannya tidak. Namun film reboot kali ini pun tidak terlalu buruk. Ada beberapa hal yang membuat film ini cukup bisa dinikmati dan bahkan cukup mengharukan.

Mungkin karena film ini didesain untuk ditonton anak-anak yang usianya lebih muda dibandingkan target penonton film 'Rodrick Rules' (2011), maka naskahnya pun mengalami banyak penyesuaian. Sebagai permulaan, di sini Greg justru ingin sekali dekat dengan kakaknya. Diam-diam ia mengagumi kakaknya dan menganggapnya keren. Walaupun seiring berjalannya film, saking buruknya sifat Rodrick sampai mengubah pandangan Greg 180 derajat.

Peran Susan Heffley tidak sedramatis di film sebelumnya yang punya ikatan batin yang kuat dengan Greg. Di sini, karakter Susan lebih digambarkan sebagai ibu yang cukup polos dan percaya dengan anak-anaknya, tetapi berlaku adil dengan menghukum mereka secara tegas ketika mereka berbuat salah. Peran Frank sebagai ayah justru lebih menarik karena ia berhasil mengambil absurdity Frank yang paranoid dan quirky sama di film sebelumnya. 

Manny (Gracen Newton), anak bungsu mereka, hampir tidak mempunyai peran sama sekali dalam film ini. Karakter Grandpa (Ed Asner) justru mempunyai peran yang lebih signifikan dan mempunyai dialog-dialog yang lebih mempengaruhi Greg dibandingkan sekedar sebagai kakek tua yang tidak menarik seperti di film sebelumnya.

Di luar keluarga Heffley, karakter Rowley Jefferson (Ethan William Childress) alias sahabat Greg, justru agak mengecewakan. Alih-alih punya sifat lugu dan cenderung bodoh, Rowley cenderung terkesan lebih rasional dibandingkan Greg. Dia bukanlah karakter yang bisa mudah ditipu oleh Greg seperti yang biasanya kita kenal, baik dari bukunya maupun film-film sebelumnya. Walaupun hal tersebut juga tidak terlalu mengganggu ceritanya. Bill Walter (Jimmy Tatro), vokalis 'Loded Diaper' juga tidak "semeresahkan" Bill di film live action-nya. Alih-alih menjadi role model bagi Rodrick yang menjadi konflik bagi Frank, Bill hanyalah salah satu anggota band Loded Diaper.

Hal lain yang menjadi pembeda antara film ini dan film sebelumnya adalah tidak adanya karakter Holly Hills, gebetan Greg, serta lelucon-lelucon dalam film ini hampir 100% tidak kena.


Namun mungkin karena peran karakter pendampingnya tidak terlalu besar, cerita dalam film ini menjadi bisa lebih fokus kepada dinamika Greg dan Rodrick, terutama dalam film yang durasinya relatif cukup singkat ini (75 menit termasuk credit title). Secara keseluruhan, film ini berisi tarik ulur antara bagaimana Rodrick "mendzalimi" Greg, lalu Greg punya bukti untuk memeras Rodrick, lalu Rodrick mendapatkan cara untuk memeras adiknya balik, dan begitu terus sampai klimaks. 

Jika kita bisa mengamini bahwa film ini mempunyai intrepretasi yang berbeda dengan live action-nya; bahkan karakternya pun berbeda dengan bukunya; dan bahwa target penonton film ini adalah anak usia 9-14 tahun; maka film ini cukup berhasil  membawa kita hanyut dalam drama Greg dan Rodrick. Bahkan momen di bagian klimaksnya cukup menyentuh ketika Greg harus memutuskan untuk berbaikan atau membalas dendam dengan kakaknya. Film ini cukup punya adegan action yang seru ketika Greg berlarian tanpa celana di panti jompo kakeknya, yang mungkin lebih menegangkan dibandingkan film sebelumnya.

Pencapaian paling besar film ini adalah berhasil meng-casting pengisi suara Rodrick yang dapat menghasilkan aura maskulin untuk kepribadiannya yang toxic. Apalagi dibandingkan dengan kegagalan yang terjadi pada film 'Diary of A Wimpy Kid: The Long Haul' (2017).

Akhir kata, bagi kamu yang rindu kenakalan Rodrick dan ingin bernostalgia dengan dinamika karakter-karakter di 'Diary of A Wimpy Kid' tanpa perlu mengkritisi terlalu detail akurasi reboot ini, maka film ini cocok untuk kamu. Film ini juga mengajarkan anak-anak bahwa wajar ketika terkadang kita berselisih pendapat dengan saudara kita serta kita harus tetap peduli dan sayang dengan mereka.

Jangan lupa tulis di kolom komentar bagaimana kesanmuu setelah menonton film ini ya!

Comments