Tidur


TIDUR
oleh Adi Suprayitno

Tidur merupakan proses untuk menstabilkan kembali fungsi tubuh seperti semula khususnya yang berkaitan dengan sistem saraf, atau semacam restart dalam perangkat elektronik.

Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997).

Istilah-istilah tidur,
  • Pradormitium adalah fase peralihan ketika masih sadar menuju tidur. Pada fase ini, biasanya kita masih sadar dan bisa mendengar suara di sekitar.
  • Postdormitium adalah kebalikan dari pradormitium. Ini merupakan fase peralihan saat tidur untuk kembali sadar. Kebanyakan orang tidak menyadari sedang mengalami fase ini.
  • Somnologie adalah salah satu ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari mengenai gangguan tidur.

Manusia hampir menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur dan beristirahat.

Selain kwalitas tidur, porsi tidur seseorang juga memengaruhi kesehatan tubuh. Porsi tidur ideal seseorang beragam, tergantung usia. Untuk bayi rata-rata porsi tidurnya yaitu 11-17 jam sehari, untuk anak-anak (diatas 5 tahun) rata-rata porsi tidurnya 9-11 jam sehari, untuk reamaja rata-rata porsi tidurnya 8-9 jam sehari, sedangkan untuk orang dewasa rata-rata porsi tidurnya 7-8 jam sehari. 
Akan tetapi, masih banyak orang yang menghiraukan porsi tidur ideal mereka.

Buruknya kualitas tidur dan kurangnya porsi tidur akan menyebabkan gangguan pada kesehatan tubuh. Gejala-gejalanya seperti : Sering terbangun saat sudah tertidur dan sulit untuk tidur kembali. Kesulitan tidur pada malam hari. Sering mengantuk pada siang hari, sehingga dapat tiba-tiba tertidur pada waktu yang tidak wajar. Otot terasa lemah atau sering merasa lelah.

Tidur dikenal mempunyai beberapa tahapan, yaitu Non Rapid Eye Movement (NREM) atau yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan tidur ringan sampai nyenyak, dan Rapid Eye Movement (REM), atau yang lebih dikenal sebagai tidur aktif atau juga disebut tidur paradoks.
Disebut sebagai tahap 'paradoks' dalam tidur, karena dalam aktivitas ini terdapat kesamaan dengan aktivitas ketika otak masih bangun. Fase ini juga merupakan fase di mana sebagian besar mimpi kita terjadi.

NREM tahap 1 atau disebut N1 adalah fase ketika seseorang mulai tertidur, namun masih sangat mudah terbangun. Fase tidur ini umumnya berlangsung selama 5 sampai 10 menit. Tubuh belum sepenuhnya relaksasi dan aktivitas di otak baru mulai melambat.
Peristiwa yang sangat umum terjadi selama periode ini adalah sentakan myoclonic hypnic, yaitu terkejut mendadak tanpa alasan apapun.
Meski mata sudah tertutup, seseorang masih bisa dibangunkan atau tidak sengaja terbangun dengan mudah.
Namun saat mengulang siklus ini, mungkin akan menghabiskan waktu yang lebih lama. Bahkan waktu yang dihabiskan untuk berada pada tahapan ini menjadi lebih lama daripada pada tahapan-tahapan lainnya.

NREM tahap 2 berlangsung selama 10 hingga 25 menit pada siklus pertama.
Pada fase tidur ini, seseorang akan kehilangan kesadaran. Suhu tubuh mulai menurun, otot berelaksasi, frekuensi napas dan denyut jantung juga mulai melambat dan pergerakan mata terhenti.

NREM tahap 3 atau N3 merupakan fase tidur nyenyak (deep sleep). Pada fase ini, seseorang sudah sulit untuk dibangunkan. Di fase ini, otot, denyut jantung, dan frekuensi napas semakin turun dan mulai stabil
NREM tahap 3 merupakan fase penting, karena tubuh melakukan proses defragmentasi, termasuk membangun sistem imun yang baik dan fungsi-fungsi penting lainnya. 

Tahap 4 adalah REM (Rapid Eye Movement) atau keadaan mimpi, yang terjadi sekitar sembilan puluh menit setelah tertidur. Mata bergerak maju mundur dengan sangat cepat di bawah kelopak mata, dan napas berlangsung dengan cepat.
Fase REM membuat tubuh mengalami "kelumpuhan" untuk sementara waktu, kecuali mata dan otot-otot yang berperan dalam pernapasan.

Manusia jarang memasuki fase REM jika tidurnya kurang dari 90 menit. Fase REM juga akan memanjang seiring dengan siklus dan kejadiannya yang hampir 25 persen dari waktu tidur total.
Pada fase REM, mata bergerak dengan cepat ke segala arah. Sementara saat fase non-REM, hal itu tidak terjadi.

Jika tahap 3 dan 4 ini singkat, tidur tidak akan terasa memuaskan. Jadi kwalitas tidur seseorang ditentukan oleh durasi waktu tahap ini agar proses stabilisasi tubuh dan produksi hormon bisa optimal.

Ada beberapa gangguan tidur pada tahap ini, yaitu parasomnia, mengompol, teror malam, atau sleepwalking. Jika mengalami salah satu jenis gangguan tidur ini, seseorang perlu penanganan khusus.

Parasomnia adalah sekumpulan gejala tidak menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, sudah terlelap, atau terbangun dari tidur. Gangguan ini bisa berupa gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi yang tidak wajar. Meski begitu, pengidap parasomnia tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian berlangsung.

Saat seseorang terlelap, ada begitu banyak hal yang terjadi. Tahapan tidur manusia pun bukan hanya sekadar terlelap dan kembali terbangun, tapi jauh lebih rumit lagi.

Dalam jangka panjang, kurang tidur bisa memicu penyakit kronis seperti diabetes, gangguan jantung, tekanan darah tinggi, dan obesitas. Bahkan, kurang tidur bisa memicu depresi dan penurunan sistem imun.

Dalam Islam diajarkan agar selalu berdoa sebelum tidur kemudian membaca surat Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas dan dilanjutkan dengan berdzikir.
Dengan demikian aktivitas listrik otak akan berangsur-angsur turun ke gelombang Theta dan pikiran akan melepaskan semua beban yang ada.
Semoga tidur kita senantiasa berkualitas dan bangun dalam keadaan sehat wal‘afiat.

Terima kasih telah membaca artikel ini.
Salam sehat Adi Suprayitno.

Comments