Tersurat

Artikel ini ditulis untuk mereka yang hidupnya selalu dirundung kesedihan, badan terasa sakit semua dan perasaannya mudah terguncang.

Padahal sesungguhnya senang dan sedih itu sangat relatif jika dikaitkan dengan rasa syukur terhadap apa yang sudah diterima atau terhadap segala sesuatu yang lain sebagai perbandingan.

Mari kita simak tulisan ini sejenak.


TERSURAT
Ditulis oleh Adi Suprayitno

Pada umumnya orang-orang Islam sudah mengenal junjungannya, yaitu  Rasulullah Muhammad SAW. Beliau dalam perjuangannya berdakwah sangat berat dalam menghadapi tekanan, caci maki, penghinaan, ancaman bahkan kekerasan fisik. 

Kehidupan yang kita anggap sangat berat ini sudah dimulai sejak beliau dilahirkan sebagai seorang anak yatim. 

Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia di usia 25 tahun ketika beliau masih dalam kandungan, dan Ibunya bernama Aminah binti Wahb.
Pada saat itu ketika baru sepuluh hari setelah mereka menikah, berangkatlah Abdullah ke negeri Syam bersama rombongan para pedagang. 

Betapa rindunya hati Aminah dari hari ke hari menunggu kedatangan suami tercintanya. Dan ketika rombongan para pedagang kembali ke Mekah, ternyata Abdullah harus singgah di Yatsrib, di rumah keluarganya karena menderita sakit. 

Beberapa bulan kemudian Aminah yang dalam keadaan mengandung mendapat khabar bahwa Abdullah meninggal dunia di sana.
Begitulah kesedihan mendalam yang dirasakan Aminah ketika Rasulullah masih dalam kandungan.

Hari yang dinantikan telah tiba, lahirlah seorang bayi yang sangat menawan yang diberi nama Muhammad bin Abdullah.
Namun hingga 2 hari sang  bayi tidak mau menyusu sehingga Aminah sangat khawatir akan kesehatan buah hatinya.
Akhirnya putra kesayangan Aminah  ini disusukan kepada Halimah al Sa’diyah dan dibawa pulang ke rumahnya yang berjarak 25 km dari kota Mekah.
Sampai berusia 2 tahun, akhirnya beliau dikembalikan kepada Aminah.
Betapa gembiranya hati Muhammad bin Abdullah kecil bisa berkumpul dengan Ibu kandung yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Hari-hari berlalu penuh keceriaan meski tanpa kehadiran almarhum Ayahandanya.
Namun takdir sudah tersurat bahwa beliau harus menjalani hidup sebagai yatim piatu. Saat berusia 6 tahun, Aminah meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Yatsrib saat berziarah ke makam almarhum Abdullah, dan dimakamkan di desa Abwa.

Begitulah kesedihan yang dialami Muhammad kecil menerima kenyataan ini, hidupnya kini sebatangkara kehilangan sosok seorang Ibu yang sangat dicintainya.
Kemudian beliau dirawat kakeknya yaitu Abdul Muthalib.
Tetapi tak lama berselang, 2 tahun kemudian sang kakek pun meninggal dunia.
Kesedihan kembali dirasakan beliau sebagai anak kecil yang masih sangat membutuhkan lindungan dan kasih sayang orang tua.
Maka selanjutnya beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib.

Sampai disini kebanyakan orang Islam sudah pernah mendengar kisah  memilukan ini.

Selanjutnya dikisahkan ketika berusia 25 tahun, Muhammad bin Abdullah menikah dengan Siti Khadijah  dan dikaruniai dua orang putra dan empat orang putri. Namun kebahagiaan ini terselimuti duka karena kedua putranya meninggal dunia ketika masih kecil.

Putra yang bernama Qasim meninggal dunia pada usia dua tahun.
Putra yang bernama Abdullah meninggal dunia ketika masih berusia 18 bulan.

Ketiga putri beliau meninggal dunia dibawah usia 30 tahun, yaitu Zainab, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Dimana waktu itu Rasulullah sedang dalam perjuangan  menegakkan agama Islam.
Satu-satunya Putri Rasulullah yang mendampingi beliau sampai akhir hayat adalah Fatimah Az-Zahra.

Putra Rasulullah yang ketujuh dari perkawinan dengan Mariyah al-Qibthiyah bernama Ibrahim juga meninggal dunia saat masih  berusia 16 bulan, belum genap satu setengah tahun.

Begitulah duka yang menyelimuti kehidupan Rasulullah Muhammad SAW.
Innalillahi wainna ilaihi raji’un.

Apa yang bisa dipetik dari riwayat ini, semoga menjadi hikmah bagi kita semua.
Takdir sudah tersurat atas kehendak ALLAH SWT.

Tentu dengan membaca cerita ini kita harus bersyukur dengan segala apa yang telah kita nikmati selama ini.
Semoga kebahagiaan, kesehatan dan kesabaran selalu bersama kita.

Aamiin ya Rabbal'alamiin 

Terima kasih telah membaca artikel ini
Salam sehat, Adi Suprayitno.

Comments